Senin, 01 Juni 2020

Buah-buah Pikiran Tengah Malam

Halo selamat malam, buat semua yang baca tulisa ini. Di manapun kalian berada.

Malam ini saya ingin menuangkan hasil pemikiran dan perenungan saya dari beberapa hari yang lalu. Karena merasa sayang bila dilewatkan begitu saja, saya memutuskan untuk menuangkannya kedalam suatu tulisan. Sebelumnya saya ingin memberi tahu pada kalian bahwa tulisan saya berikut ini adalah murni dari opini saya pribadi, maka dari itu, sifatnya tidaklah benar secara mutlak. Ini murni hanya pemikiran pribadi saya.

Baik saya mulai. Pertama tama, kita semua disini-saya dan kalian semua para pembaca-pasti menggunakan media sosial. Seriously, jaman sekarang siapa sih yang enggak pakai medsos? Mungkin cuma bayi dan orang orang lansia. Diluar itu bisa saya pastikan hampir semua punya dan memakai media sosial.

Penggunaan media sosial di jaman modern sekarang (khususnya di tahun 2020) bukan lagi sebuah kemewahan tapi sebuah kebutuhan. Produk produk gadget sudah banyak tersedia dengan berbagai jenis, kualitas, dan harga, maka masyarakat umum bisa memiliki perangkat tersebut dengan daya beli yang lebih mudah. Fasilitas internet baik dari wifi atau paket data seluler mengalami peningkatan mutu dari tahun ke tahun, dari segi kecepatan, jumlah pengguna, waktu penggunaan, dan harga. Platform-platform media sosial terus bersaing dan berkembang, banyak merilis fitur fitur baru guna memudahkan penggunanya.
Faktor-faktor diatas-gadget, internet, medsos- mendukung kecenderungan pola aktivitas manusia abad 21 untuk mengakses dan menggunakan media sosial.
Popularitas media sosial dan kebiasaan yang berpusat di sekelilingnya adalah suatu keniscayaan.

Sekarang ini banyak sekali platform-platform media sosial yang dirilis dan dikembangkan oleh masing-masing perusahaannya untuk memikat calon konsumen (baca: pengguna) untuk mendaftarkan diri dan bergabung dengan komunitas medsos tersebut. Contoh, saya yakin anda semua pasti tahu nama nama ini: Yahoo, Google, Facebook, Twitter, YouTube, Instagram, LinkeDIN, Pinterest, Tumblr, Whatsapp, Line, WeChat, KakaoTalk, Quora, Spotify, TEDTalk. Nama nama tadi adalah 'dedengkot' platform medsos populer di penjuru dunia, dengan belasan bahkan puluhan juta pengguna di berbagai negara.

Nah, sampai disini anda mungkin sudah bisa menebak kira-kira tentang apa yang saya bahas. Betul, tentang media sosial. Tapi mungkin anda belum bisa menebak arah pembicaraan saya adalah tentang apa. Baik, ijinkan saya untuk mulai masuk ke inti.

Dalam alam pikiran saya, kala malam tempo hari, saya membayangkan masing-masing platform medsos tersebut diatas dengan mengandaikan tiap-tiap platform seperti suatu hal yang sehari hari kita temui dan kita pakai/gunakan. Hah? Buat apa emang ngebayangin kayak gitu? Oke oke, memang tidak ada urgensinya untuk menganalogikan platform-platform medsos, tapi hei, sudah saya bilang kan ini murni opini pribadi saya, jadi tidak mengapa kok kalau kalian tidak suka, hehehe.
Kembali ke pembahasan, ada untungnya juga lho mengandaikan seperti yang saya bilang. Dengan membayangkan medsos yang sehari hari kita pakai dengan hal hal familiar yang sehari hari kita temui, itu dapat membantu kita untuk lebih memahami apa sebetulnya jenis dari platform platform tersebut sekaligus, mengetahui apa tujuan dan manfaat dari platform.

Oke saya mulai, akan saya analogikan satu persatu sebisa saya.

1. Instagram

Saya mulai dari platform paling ciamik dan populer yang biasanya dipakai orang orang untuk pamer ini. Instagram bisa diibaratkan seperti galeri dan ruang pameran seni yang tiap sisinya menampilkan keindahan, kemewahan. Ruang tersebut sengaja untuk didesain sebagus, seindah, dan serapi mungkin agar orang orang yang datang melihat menjadi terkesan dan merasa senang. Itulah tujuan diciptakannya platform Instagram dan itulah yang orang orang lakukan saat mereka bermain Instagram. Platform ini berfokus pada seni dan estetika visual yang menekankan konten foto dan video.

Keyword: visual, foto, video, estetika.

2. Facebook

Berikutnya kita ulas tentang platform favorit saya, hehehe. Facebook adalah platform yang lebih dulu populer booming pada sekitar tahun 2008-sampai sekarang. Ia, sesuai dengan namanya, yang berarti 'buku wajah' berkonsep menciptakan suatu wadah sosial di jagad internet untuk para penggunanya dengan memfasilitasi peluang untuk saling berbagi tentang orientasi, kesukaan, dan informasi yang dimiliki secara pribadi. Tentu dalam konotasi positif. Interaksi didalam Facebook bisa diibaratkan suatu ruangan mahaluas dimana para pengguna facebook saling berkeliling dan mendekati satu sama lain sambil membawa sebuah 'buku', yakni akun mereka dengan segala identitas dan linimasanya. Orang orang bisa saling melihat, mengintip, mengobrol tentang isi buku satu sama lain, atau dalam kasus yang jelek, mencuri dan mengutak atik buku orang lain tanpa izin.
Facebook berfokus pada konten tulisan panjang, memungkinkan penggunanya untuk menulis artikel, atau cerita, atau opini, bahkan paper (walau diluar jurnal resmi). Walau begitu facebook juga menyediakan fitur untuk kita mengupload dan mengakses foto foto, video, gif (gambar bergerak), dan stiker. Satu ciri khas dari facebook adalah grup dan halaman (page). Ini yang menjadi salah satu daya tarik utama dari facebook, orang orang bisa membangun grup dan kelompok sendiri, serta membangun komunitasnya. Sekarang ada milyaran grup di Facebook dari orang orang di seluruh dunia.

Keyword: buku, berbagi, grup, komunitas

3. Twitter

Next adalah platform media sosial yang bersama dengan instagram, menduduki tingkat popularitas tertinggi (setidaknya untuk saat ini). Twitter saya ibaratkan seperti... jalanan. Betul anda tidak salah baca. Jalanan. Kenapa saya analogikan twiiter seperti jalanan (gang-gang, jalanan, emperan) adalah karena di platform inilah arus informasi paling cepat berputar, baik yang resmi (portal berita, official account) atau tidak resmi (kabar burung, gosip, rumor). Jutaan orang tumplek-blek berseluncur di twitter, dan tiap harinya muncul tagar tagar populer yang menunjukkan topik apa yang sedang viral pada hari itu, atau jam-jam tertentu, karena perubahan viral ini cepat sekali berubah.
Dikarenakan sifat twitter yang mengharuskan penggunanya untuk membuat status (atau tweet, sesuai istilah twitter) tidak lebih dari 120 karakter, hal ini berpengaruh besar pada pola dan gaya aktivitas para pengguna twitter. Saya melihat twitter sebagai platform media sosial yang paling dinamis, dengan tingkat dinamika tertinggi. Tiap hari bahkan tiap beberapa jam muncul hal hal yang booming atau viral, silih berganti satu sama lain. Anda bisa menemukan informasi-informasi yang nyaris tidak terbatas, mulai dari konspirasi politik sampai konten foto kucing lucu. Semua arus informasi tersebut tiap harinya berputar cepat di Twitter.

Keyword: viral, informasi, dinamis

4. Quora

Yang keempat adalah platform media sosial yang konon banyak dipakai oleh orang orang 'open-minded'. Ia adalah Quora. Platform ini dibuat untuk menyediakan wadah bagi para penggunanya untuk berdiskusi secara sehat, kondusif, mendalam, dan terbuka.
Saya ibaratkan Quora seperti ya, anda pasti dapat menebaknya, ruang rapat. Quora adalah forum untuk Quoran (istilah yang merujuk pada pengguna quora) berkumpul dan berdiskusi, membahas sesuatu secara bersama sama dengan tujuan tertentu, entah untuk memecahkan masalah atau sekedar menambah wawasan baru. Dikarenakan ini adalah forum diskusi, postingan-postingan atau konten-konten di Quora biasanya berbobot dan serius, dan secara tidak langsung mengharuskan para penggunanya untuk bersikap logis dan menghormati orang lain. Pusat pusat pembahasan di Quora tidak tersentral pada akun atau orang tertentu, tetapi pada topik/objek diskusi. Ini menjelaskan sifat Quora yang menekankan sikap objektif. Kita bisa menemukan topik topik tertentu yang kita cari, atau yang sesuai dengan selera kita, atau yang baru baru ini ramai dibahas, tetapi tidak akun atau seseorang yang menonjol. Ini bisa diartikan bahwa siapa saja dapat ikut andil pendapat di Quora asalkan yang bersangkutan dapat ikut berdiskusi secara baik dan memberikan pendapat yang berbobot.

Keyword: diskusi, opini, forum, topik

5. Youtube

Platform berikutnya adalah media sosial yang tidak kalah populer dengan twitter dan instagram. Youtube adalah platform media sosial yang berbasis pada konten video, ini berarti visual bergerak dan audio, dan memberi peluang besar untuk konten hiburan atau entertainment.
Youtube bisa diibaratkan seperti sistem televisi kabel dengan seperangkat alat shalat seperangkat speaker, serta kamera. Kabel untuk mengakses channel channel yang ada di Youtube, speaker untuk mendengarkan suaranya, dan kamera bilamana kita ingin mengupload konten video kita sendiri. Di Youtube kita bisa menemukan berbagai jenis video, mulai dari video musik, trailer film bioskop, liputan berita, tutorial merakit lemari, atau tips tips belajar bahasa asing. Platform ini berdiri pada tahun 2005 silam dan tercatat video pertama yang diupload di youtube adalah video seorang pemuda yang merekam tamasya di kebun binatang lokal, pada tanggal 23 April 2005. Sekarang sudah ada milyaran bahkan mungkin trilyunan konten video yang diupload ke Youtube.
Bila Instagram menyediakan konten berbasis foto dengan tambahan video pendek, twitter dengan tweet tulisan singkatnya, youtube menawarkan konten hanya dengan satu jenis: video. Hal ini lumrah kenapa Youtube menjadi populer karena video menjadi tawaran hiburan yang mudah dan menarik kalangan masyarakat awam. Tontonan, apapun jenisnya, berpotensi besar membuat orang tertarik untuk 'mengintip apa yang terjadi'. Dinamika budaya populer berkembang pesat di Youtube.

Keyword: video, tontonan, hiburan

6. LinkedIn

LinkedIn (dibaca: Linked In, yang artinya terhubung/tersambung) adalah platform media sosial yang mungkin kurang populer (terutama oleh anak muda) dibanding twitter atau youtube atau instagram, tetapi platform ini banyak digunakan oleh kalangan profesional kerja, dengan kata lain, orang orang usia dewasa.
LinkedIn bisa kita ibaratkan seperti sebuah acara workshop mahabesar dan maharumit. Bedanya acara workshop ini terus berlangsung selama bertahun-tahun karena selama masa itulah LinkedIn tetap berdiri. Para akun pengguna LinkedIn masing masing berkeliling dan mendirikan stan-stannya masing masing, dan saling mengunjungi satu sama lain. Secara profesional, biasanya di forum LinkedIn lah orang orang mempromosikan dirinya manakala mencari pekerjaan, atau sebaliknya ketika butuh orang baru untuk direkrut. Interaksi didalam LinkedIn berlangsung efektif, pragmatis, dan objektif. Nyaris tidak ada hiburan disini karena memang sifatnya lebih kepada aktivitas pekerjaan. Kejujuran adalah satu hal yang wajib dijunjung ketika mengisi identitas dan akun kita di LinkedIn karena orang orang menganggap bahwa apa yang kita isi di akun kita, itulah yang ada sebenarnya.

Keyword: workshop, pekerjaan, profesional

7. Google

The next platform we're about di discuss is this. Media sosial yang fiturnya paling banyak, bercabang cabang udah kayak usaha rumah makan Padang. Ada google map, google drive, google translate, google classroom, google earth, google news, google mail, dan tentu saja google search engine yang tadi anda pakai sebelum membaca tulisan ini.
Google saya andaikan seperti sebuah perusahaan raksasa (yang mana, mirip dengan kenyataan sebenernya, hahaha) dengan banyak divisi dan departemen yang memiliki cabang dimana mana. Google yang awalnya muncul hanya sebagai mesin pencari dan alat untuk mencari informasi, berkembang menjadi platform multi-fungsi dan multi-fitur. Disini anda bisa mencari berita, melihat kalender dan mengatur jadwal, memantau suatu daerah di belahan bumi yang lain, mengedit dan menyusun berkas foto-foto, menyimpan data anda, atau hanya sekedar menerjemahkan satu kalimat asing.

Keyword: multi-fungsi, multi-fitur

8. Whatsapp

Platform yang terakhir, the last but not least adalah Whatsapp. Aplikasi ini memang kalah populer dibanding twitter atau instagram tapi lebih dibutuhkan dari keduanya. Whatsapp tidak menyediakan konten untuk posting, tetapi inbox dan kontak untuk saling berkomunikasi. dengan demikian whatsapp adalah platform komunikasi secara online, yang terhubung dengan nomor telepon kita. Whatsapp bisa diibaratkan seperti sebuah gedung besar yang didalamnya ada banyak ruangan, ada beberapa ruangan besar, dan ada ruangan ruangan yang kecil. Ruangan besar itu adalah grup yang didalamnya ada lebih dari dua orang yang terlibat, sedangkan ruangan kecil adalah inbox chat pribadi. Whatsapp pada awalnya hanya menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi via pesan, lalu muncul fitur upload gambar dan video, lalu gif, lalu stiker, dan pesan suara. Fitur paling berpengaruh yang terakhir dirilis adalah penambahan fitur status atau snap whatsapp, dimana pengguna whatsapp bisa mengupload dan melihat status kontaknya yang tertera, baik berupa tulisan, atau gambar, atau potongan video (yang maksimal berdurasi 30 detik).

Keyword: inbox, pesan, kontak, komunikasi


Demikian ulasan pribadi dari saya perihal imajinasi analogi platform media sosial, semoga bisa bermanfaat dan membuat kita lebih memahami dan memaksimalkan penggunaan medsos-medsos yang kita pakai. Yeayy! :D

Jumat, 14 April 2017

Atlantis ada di Indonesia?

 Teka-teki keberadaan Benua Atlantis belum terpecahkan sampai saat ini. Meski demikian, berbagai macam perkiraan terus muncul.

Berdasarkan buku "Timaeus and Critias" karya pemikir asal Yunani, Plato, benua ini dikabarkan berada di antara Benua Afrika dan Amerika. Walaupun sampai saat ini belum bisa ditemukan jejaknya.

Beberapa orang malah menyebut yang disebut Atlantis berada di Indonesia. Pakar Hidrologi Dhani Irwanto salah satunya. Dia memperkirakan Benua Atlantis terdapat di Laut Jawa.

Dhani tidak seorang diri. Ada dua orang sudah lebih dulu menelurkan teori mirip-mirip. Peneliti asal Brazil, Prof. Arysio Nunes do Santos, dari hasil penelitiannya menyatakan Atlantis terletak di Indonesia. Kemudian, ilmuwan Stephen Oppenheimer dalam bukunya "Eden in The East" menyebut Atlantis berada di Asia Tenggara.

Teori dibangun Dhani berpijak dari hasil analisa atas buku Plato. Dia meyakini Atlantis berada pada kemiringan satu derajat menurun mulai dari Pulau Kalimantan.

"Plato menceritakan dataran Atlantis adalah dataran rata dan halus, serta turun menuju laut," kata Dhani usai peluncuran bukunya berjudul "Atlantis The Lost City Is In Java Sea" kemarin.

Menurut Dhani, Plato menyebut Atlantis merupakan dataran dikelilingi oleh pegunungan yang indah berukuran besar dan kecil. Menurut hasil analisa, Dhani meyakini lokasi dimaksud adalah Pegunungan Muller Schwaner dan Meratus.

Dhani meyakini Atlantis menghadap ke selatan dan terlindung di sebelah utara, serta berbentuk persegi dan lonjong. Panjangnya sekitar 555 kilometer dan lebarnya 370 kilometer. "Tanahnya subur, rakyatnya makmur, banyak sungai, kaya, dan banyak padang rumput," tambah Dhani.

Dhani menambahkan, saluran-saluran diceritakan oleh Plato merupakan sungai-sungai yang berasal dari Pegunungan Muller Schwaner dan Meratus. Pada saat itu, menurut dia, Pulau Jawa, Sumatra dan Kalimantan masih menyatu dalam sebuah dataran.

"Sungai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat," tambah Dhani.